Laporan Praktikum Geografi Tanah M Moha
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
PENGAMATAN
SIFAT FISIKA TANAH, KIMIA TANAH, DAN BIOLOGI TANAH DI DESA HUIDU UTARA,
KECAMATAN LIMBOTO BARAT, KABUPATEN GORONTALO, PROVINSI GORONTALO
Disusun oleh
Nama :
Mohammad Mufly Alfitra
Nim :
451 415 006
Kelas :
A
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
KATA
PENGANTAR
Ucapan syukur atas kehadirat
Allah SWT dengan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan nikmat
yang diberikan, baik nikmat kesehatan terutama nikmat ilmu pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Geografi Tanah. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya yang insya Allah
sampai kepada kita sebagai umatnya.
Laporan yang disusun ini semata- mata untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah yang bersangkutan.
Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Praktikum
Geografi Tanah Dan Para Asisten Laboratorium Geografi atas segala bimbingan yang diberikan dan selalu
berupaya menjadikan penulis agar bisa lebih baik dari sebelumnya. Ucapan
terimakasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman yang sudah membantu dan
turut serta memberikan semangat dan kerja samanya sehingga penyusunan laporan ini dapat selesai pada waktunya.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan dalam
penyusunan Laporan selanjutnya..Akhirnya, semoga laporan ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami
pentingnya mempelajari tentang Geografi Tanah. Amin
Gorontalo,April 2018
Moh
Mufly Alfitra
451 415 006
DAFTAR
ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i ......
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................
1.5 Lingkup Kajian..........................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Geografi tanah.........................................................................
2.2 Bahan Penyusun Tanah.............................................................................
2.3 Proses Pembentukan Tanah.......................................................................
2.4 Klasifikasi Tanah.......................................................................................
2.5 Jenis-Jenis Batuan.....................................................................................
2.6 Sifat Fisik Tanah.......................................................................................
2.7 Sifat Kimia Tanah.....................................................................................
2.8 Sifat Biologi Tanah...................................................................................
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Lokasi Praktikum...................................................................
3.2 Alat Dan Bahan Praktikum ......................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................
3.3.1
Pengumpulan
Data Di Lapangan..................................................
3.3.2
Pengumpulan
Data Di Laboratorium............................................
3.4 Teknik Pengolahan Data...........................................................................
3.4.1
Pengolahan
Data Di Lapangan......................................................
3.4.2
Pengolahan
Data Di Laboratorium................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Praktikum..........................................................
4.2 Deskripsi Lokasi Pengamatan...................................................................
4.3 Hasil Pengamatan......................................................................................
4.3.1 Sifat Fisika Tanah............................................................................
a. Profil Dan Horison
Tanah.............................................................
b. Jenis Batuan.................................................................................
c. Tekstur Tanah...............................................................................
d. Struktur Tanah.............................................................................
e. Konsistensi Tanah.........................................................................
f. Infiltrasi Tanah..............................................................................
g. Warna Tanah................................................................................
4.3.2 Sifat Kimia Tanah..........................................................................
a. pH Tanah.....................................................................................
b. pH dan Kelembapan
Tanah.........................................................
c. Kandungan CaCo3..............................................................................................
d. Bahan Organik............................................................................
e. Fe dan Mn...................................................................................
4.3.3 Sifat Biologi Tanah.......................................................................
a. Ketebalan Solum.........................................................................
b. Zona Perakaran............................................................................
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................
B.
Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan
manusia. Tak dapat disangkal dan tidak akan ada yang menyangkanlah bahwa
demikian halnya, manusia hidup diatas tanah, mencukupi segalah kebutuhan
hidupnya dengan segalah produk dan bahan-bahanya hamper seluruhnya tersedia
didalam tanah. Pendek kata tanahlah yang menghidupi manusia, tanah dikaruniakan
tuhan kepada ummat-Nya demi kehidupan manusia, maka tidak mengherankan kalau
tanah itu di mana pun dipelosok dunia selalu menjadi rebutan antar manusia.
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia
berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,
mereka bahkan merusak dan selanjutnya melantarkan tanah itu menurut kehendaknya
tanpa memikirkan bahwa tanah yang dikuasainya itu mempunyai fungsi social.
Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun
dari masa padat, cair dan gas yang terdapat
di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuan dan atau
dekomposisi bahan organik. Tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh
alam yang keberadaannya tidak dengan sendirinya, proses pembentukan dan
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang lain, seperti bahan
induk, iklim, topografi atau relief, vegetasi atau organisme, manusia dan
waktu.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dan dibagi
menjadi beberpa kelompok antara lain; kasar (pasir, pasir berlempung), agak
kasar (lempung berpasir, lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir
sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu), agak halus(lempung liat, lempung
liat berpasir, lempung liat berdebu), halus(liat berpasir, liat berdebu).
Selain itu, tanah mempunyai perbedaan dalam memegang air, kemampuan ini
tergantung pada teksturnya.
Dengan tekstur tanah dapat dibahas dan dikemukakan
tentang bahan mineral seperti pasir, debu dan liat dalam susunan tanah yang
penting bagi berbagai kehidupan di muka bumi. Partikel-partikel tanah yang
dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah,
fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus. (Asmadi, Hariadji,
Dkk. 1997)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian Tanah ?
2. Apa
Saja Bahan Penyusun Tanah ?
3. Bagaimana
Proses Pembentukan Tanah ?
4. Bagaimana
Klasifikasi Tanah ?
5. Apa
Saja Jenis-Jenis Batuan ?
6. Apa
Saja Sifat Fisik Tanah ?
7. Apa
Saja Sifat Kimia Tanah ?
8. Apa
Saja Sifat Biologi Tanah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam setiap melakukan
kegiatan tentu mempunyai tujuan tersendiri serta mengetahui pula apa
manfaatnya. Adapun tujuan dari kegiatan praktikum dari Geografi Tanah ini yaitu sebagai berikut:
1. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Pengertian
Tanah.
2. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Bahan Penyusun
Tanah.
3. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Proses
Pembentukan Tanah.
4. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Klasifikasi
Tanah.
5. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Jenis-Jenis
Batuan.
6. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Sifat Fisik
Tanah.
7. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Sifat Kima
Tanah.
8. Agar Mahasiswa Dapat Mengetahui Sifat Biologi
Tanah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari kegiatan praktikum mengenai tanah ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui jenis,bahan, penyusun, sifat fisika kimia dan
biologi tanah. Jadi dengan
begitu kita sudah bisa mengetahui dan bisa
membedakan horison tanah.
Manfaat untuk
masyarakat dari kegiatan praktikum mengenai tanah ini yaitu dapat
mengetahui jenis tanah yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian yang bagus
atau yang tidak bagus, sehingga yang bercocok tanam di daerah tersebut akan
memiliki hasil panen yang bagus.
Jadi dengan begitu kita sudah bisa mengetahui dan bisa
membedakan horison tanah.
1.5 Lingkup Kajian
Lingkup kajian geografi tanah adalah bagian
ilmu tanah yang membahas tentang genesis,klasifikasi,kemampuan,dan penyebaran
tanah di muka bumi. Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga
dimensi, tersusun dari masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil
pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.
Geografi
tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh alam yang keberadaannya
tidak dengan sendirinya, proses pembentukan dan keberadaannya sangat
dipengaruhi oleh faktor alam yang lain, seperti bahan induk, iklim, topografi
atau relief, vegetasi atau organisme, manusia dan waktu.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Pengertian Tanah
Tanah dalam bahasa yunani: pedon dan dari bahasa latin: solum adalah
suatu bagian dari kerak bumi yang tersusun atas Bahan organik dan Mineral.
Tanah memiliki peran yang sangat penting bagi semua mahuk hidup yang ada di
bumi karena selain tempat pijakan, juga sebagai penopang akar. Tanah memiliki
struktur tanah yang berongga-rongga sehingga memudahkan akar untuk tumbuh dan
bernafas. Bukan hanya manusia saja yang membutuhkan tanah sebagai satu hal yang penting, hewan dan
tumbuhan yang lainnya juga sangat membutuhkan sebagai lahan untuk hidup dan
bergerak. Tanah juga berperan
penting dalam hal penanggulangan benacana alam sebagaik benda yang menahan
erosi, walaupun tanah itu juga bisa tererosi. Tanah ini bersumber dari
pelapukan dengan bantuan suatu organisme dan pembentukan
tanah itu sendiri bisa
disebut dengan Pedegonesis. (Asmadi, Hariadji, Dkk. 1997)
2.2 Bahan Penyusun
Tanah
Tanah merupakan bagian
paling atas dari lapisan kerak Bumi. Tubuh tanah terdiri atas batuan yang telah
mengalami pelapukan, kemudian bercampur dengan sisa-sisa bahan organik, air,
dan udara, serta mengalami proses fisika dan kimia membentuk lapisan tanah.
Menurut N.C. Brady (1974), dalam bukunya yang berjudul The Nature and
Properties of Soils. Tanah adalah suatu tubuh alam atau gabungan tubuh alam
sebagai hasil perpaduan proses, yaitu gaya perusakan dan pembangunan. Proses
perusakan meliputi pelapukan dan pembusukan bahan-bahan organik, sedangkan proses
pembangunan meliputi pembentukan mineral-mineral baru dari batuan induk,
misalnya unsur hara dan lempung.
Sebagai suatu sistem tubuh alam, tanah tersusun atas lima komponen utama, yaitu sebagai berikut.
Sebagai suatu sistem tubuh alam, tanah tersusun atas lima komponen utama, yaitu sebagai berikut.
- Partikel mineral (fraksi anorganik). Merupakan hasil perombakan bahan-bahan batuan dan bahan anorganik yang terdapat di permukaan Bumi.
- Bahan organik (humus). Berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang, serta berbagai hasil kotoran binatang.
- Unsur air.
- Udara dalam tanah.
- Kehidupan jasad renik atau mikroorganisme seperti cacing tanah, bakteri, dan jamur.
Komposisi
tanah yang paling optimal bagi pertumbuhan tanaman terdiri atas 45% mineral
(hara), 20%–30% udara dan air, dan sekitar 5% bahan organik. (Hanafiah,
K. A.2005)
2.3 Proses Pembentukan
Tanah
Proses pembentukan tanah yang berasal dari batuan-batuan besar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan tetapi, secara umum proses ini melewati 4
tahapan besar, yakni proses pelapukan batuan, pelunakan struktur, tumbuhnya
tumbuhan perintis, dan proses penyuburan. Berikut akan dijelaskan keempat
proses terbentuknya tanah tersebut.
1. Proses Pelapukan Batuan
Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat laun mengalami proses pelapukan menjadi remahan-remahan kecil. Proses pelapukan sendiri sebetulnya melibatkan banyak faktor lain, sehingga ia dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu pelapukan kimiawi, pelapukan fisik, dan pelapukan biologi. Pelapukan kimiawi sangat dipengaruhi oleh hujan asam yang sering terjadi di awal proses terbentuknya bumi. Asam yang dihasilkan dari kondensasi metana, sulfur, dan klorida dan terbawa ke dalam hujan bersifat sangat korosif, sehingga dapat mengikis batuan-batuan tersebut secara kimia. Hujan asam ini terjadi sangat sering, sehingga pelapukan dapat terjadi hingga batuan-batuan yang letaknya lebih dalam. Pelapukan fisik dipengaruhi oleh perubahan iklim dan cuaca yang terjadi dengan sangat ekstrim. Perubahan suhu secara drastis membuat ikatan batuan menjadi lapuk dan mudah mengalami cracking (pemecahan). Perlu diketahui bahwa, dalam pelapukan fisik, struktur kimia dari batuan tidak berubah sama sekali, oleh karena itu mineral yang terkandung dari hasil pelapukan tetap sama.
2. Proses Pelunakan Struktur Batuan
Batuan-batuan
remah yang terbentuk dari proses pelapukan kemudian mengalami pelunakan. Dalam
hal ini, air dan udara memegang peranan sangat besar. Kedua zat tersebut masuk
dan merembes ke dalam sela-sela remahan batuan untuk melunakan struktur batuan.Pelapukan biologi umumnya tidak terjadi saat awal proses
pembentukan tanah. Jenis pelapukan ini berlangsung secara terus menerus setelah
tanah terbentuk dan siap digunakan sebagai media hidup beragam jenis hewan dan
tumbuhan mikro. Bisa dikatakan bahwa pelapukan biologi adalah pelapukan
penyempurna dari sifat-sifat tanah yang nantinya terbentuk.
Selain membantu dalam proses pelunakan struktur batuan sehingga lebih sesuai
menjadi media tempat hidup, air dan udara juga mendorong calon mahluk hidup
dapat mulai tumbuh di permukaan. Akan tetapi, organisme yang dapat berkembang
pada tahapan proses pembentukan tanah ini terbilang masih sangat terbatas,
misalnya lumut dan mikroba.
3. Proses Tumbuhnya Tumbuhan
Perintis
Setelah tahapan pelunakan struktur
batuan selesai, proses pembentukan tanah dilanjutkan dengan tumbuhnya beragam
jenis tumbuhan perintis. Tumbuhan-tumbuhan ini berukuran lebih besar dari
lumut, sehingga akar-akar yang masuk ke dalam batuan yang telah lunak dapat
membantu memecah batuan tersebut. Selain itu, asam humus yang mengalir dari
bagian permukaan batuan membuat batuan yang berada di bagian dalam dapat
melapuk secara sempurna. Pada tahapan inilah proses pelapukan biologi dimulai.
4. Proses
Penyuburan
Di tahap ini, tanah yang terbentuk
mulai mengalami proses pengayaan bahan-bahan organik. Tanah yang awalnya hanya
mengandung mineral-mineral yang berasal dari proses pelapukan batuan akan
bertambah subur dengan adanya pelapukan materi-materi organik yang berasal dari
hewan dan tumbuhan yang mati di permukaan. Mikroorganisme tanah memegang peran
penting dalam hal ini. (Hanafiah, K. A.2005)
2.4 Klasifikasi Tanah
Cara untuk mengumpulkan dan mengelompokkan tanah
berdasarkan sifat dan cirri morfologi, mineralogi, fisika dan kimia tanahnya
yang sama atau hampir sama Selanjutnya diberi nama agar mudah dikenal, diingat,
dipahami, dan digunakan serta dapat dibedakan satu dengan lainnya.
Sedangkan tanah yang di klasifikasikan Benda alami yg terdiri dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang
terbentuk dipermukaan bumi dari hasil
pelapukan bahan induk tanah oleh interaksi
faktor iklim, relief organisme dan waktu, berlapis-lapis dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman, di sepakati sedalam 2m atau sampai batas aktifitas biologi
tanah (Soil Survey Staff, 2010).
2.5 Jenis-jenis Batuan
Batuan adalah Sebuah material yang
di bentuk atau terbentuk karena perubahan mineral – mineral dari suatu batuan,
batuan terbagi atas tiga jenis, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.
Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pembekuan magma dibawah permukaan bumi, dan atau
membekunya lava di atas permukaan bumi. Batuan beku dibagi atas tiga jenis,
yaitu batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terjadinya lithifikasi atau
hancuran dari batuan lain. Berdasarkan cara terjadinya, batuan sedimen dibagi
atas batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non-klastik.
Batuan metamorf adalah batuan yang
terbentuk oleh proses perubahan dari batuan asal yang disebabkan oleh suatu
proses yaitu proses metamorphose.
Topografi
merupakan gambaran atau dimensi dari suatu objek yang dilihatdari atas yang
ukurannya di reduksi.
2.6 Sifat Fisik Tanah
Alam menilai kesuburan suatu tanah
maka sifat fisika tanah mempunyai peranan yang penting di samping sifat kimia.
Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,
warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini
bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah ini
strukturnya menjadi baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal (Sarief, 1979).
Struktur tanah merupakan
susunan ikat an partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat
tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped,
sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah
yang sudah terbentuk akibat penggarapan
tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur
tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan
kegiatan di lapangan, sedang laboratorium relatif sukar
terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk
agregatnya.
Pengamatan di lapangan pada umumnya didasarkan
atas tipe struktur, klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe
tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi
menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng (platy), type tiang, type gumpal
(blocky), type remah (crumb), type granulair, type butir tunggal dan type pejal
(masif).
Dengan pembagian klas yaitu dengan
fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Untuk semua
type tanah dengan ukuran klas berbeda-beda untuk masing-masing tipe.
Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak
beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak)
yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan
yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah
sedang/cukup yaitu tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat
dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang
tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat
kuat dan cukupan (Baver, 1961).
Tanah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan tekstur tanah, tanah pasir biasanya tak lekat,
tak liat serta tak lepas. Akan tetapi tanah lempung berat berkonsistensi
sangat lekat, sangat liat, sangat teguh dan keras. Analisis konsistensi dapat
dilakukan dengan meletakkan tanah diatas ibu jari dan telunjuk dalam
genggaman tangan tergantung dari kelengasan tanah. Khusus tanah yang
dalam keadaan basah ini dapat diamati dengan kelekatan dan kekenyalan berbeda
dengan tanah kering (Darmawijaya, 1990).
Dinamika bahan organik ditentukan
oleh pemasukan sisa – sisa nabati dan hewani secara sinambung dan
pngalihragamannya secara sinambung pula oleh faktor biologi sebagai penindak
utama dan sampai batas tertentu juga oleh faktor-faktor kimia dan fisik
(Kononova, 1966)
Umumnya bahan organik memberikan
warna kelam, semakin stabil bahan organik maka warnanya kan semakin tua. Humus
yang paling stabil mempunyai warna hitam, warna merah dapat menunjukkan tanah
yang telah lanjut mengalami perkembangan yang intensif, misalnya tanah latosol.
Warntu kuning sebagian besar disebabkan oleh adanya oksida besi. Tanah warna
coklat berarti banyak dalam mengandung oksida besi yang tercampur bahan
organik. Warna kelabu disebabkan oleh kuarsa, kaolin, dan mineral lempung,
karbonat Ca dan Mg, gibs serta macam garam serta senyawa ferro. Tanah yang
kelabu menandakan gejala gleisasi dimana Fe terbentuk ferro. Tanah yang
drainasenya buruk hampir selalu terdapat bercak-bercak kelabu, coklat, merah
dan kuning, warna putih terjadi karena pengaruh bahan induk. Hampir setiap
horison menunjukkan warna yang berbeda, warna reduksi dan bercak menunjukkan
adanya bahwa drainase yang terjadi buruk (Darmawijaya, 1990 Untuk menentukan
warna tanah menggunakan patokan yaitu Munsell
Soil
Salah satu sifat fisika tanah yang
secara langsung dapat dilihat dengan mata telanjang yaitu warna tanah. Warna
tanah adalah merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat dan komponen warna
lainnya yang terjadi oleh adanya pengaruh berbagai faktor atau senyawa tunggal
atau bersama memberikan jenis warna tertentu. Warna tanah yang dominan bukan
warna-warna tanah yang murni tetapi sudah merupakan campuran dari warna
abu-abu, coklat dan warna seperti karat. Warna hijau atau biru yang murni tidak
dijumpai pada tanah, sedang dua warna atau lebih yang terjadi pada suatu bidang
permukaan atau tempat tertentu disebut becak-becak ( nottling ). Warna tanah
dipengaruhi oleh kondisi atau sifat tanah lainnya melalui pengaruhnya atas
radiasi dari energi sinar matahari. Warna yang semakin hitam atau semakin gelap
akan lebih banyak menyerap panas dari sinar matahari dari pada warna tanah yang
terang. Sejumlah energi panas yang terdapat dalam tanah mengakibatkan tingkat
evaporasi yang tinggi, sehingga tanah yang semakin gelap akan lebih cepat
mengering dibanding warna yang lebih muda.
Temperatur tanah dipengaruhi oleh
warna tanah dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan aktifitas
jasad renik serta struktur tanah. Jadi dengan adanya warna tanah secara tidak
langsung berpengruh pada pertumbuhan tanaman dan jasad renik. Selain itu warna
tanah secara langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat pelapukan, menilai
kandungan bahan organik, menilai keadaan pembuangan air, melihat adanya horison
pencucian dan horison pengendapan serta untuk dapat menaksir kandungan mineral.
warna tanah yang semakin merah menunjukkan tingkat pelapukan semakin
lanjut.
Tanah yang
semakin gelap warnanya akan semakin banyak kandungan bahan organiknya. Warna
kuning, coklat, atau merah menunjukkan drainase baik, sedang warna kelabu
kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan drainase jelek. Warna putih atau pucat
menunjukkan horison pengendapan (akumulasi) bahan dari horison diatasnya. Warna
pucat atau kekuningan ini menunjukkan berasal dari mineral kuarsa, sedang warna
merah menunjukkan berasal dari mineral mengandung besi ( Soepardi, 1983 ).
2.7 Sifat Kimia Tanah
Sejumlah proses tanah dipengaruhi
oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi
oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa
dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak
langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan
hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai
pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (
Tan, 1991 ).
Pengujian PH tanah dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan
kertas indikator universal dan dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan
pH meter Beckman H5 ( Kuswandi, 1993 ). Ion H+ dalam tanah dapat
berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan
kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama
menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan
garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+
dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran
(Notohadiprawiro, 1998)
Binatang biasanya dianggap sebagai
penyumbang sekunder setelah tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan ini atau
bahan organik sebagai sumber energi. Bentuk kehidupan tertentu terutama cacing
tanah, sentripoda atau semut memainkan peranan penting dalam pemindahan sisa
tanaman dari permukaan ke dalam tanah ( Soepardi, 1983 ).
Bahan kapur pertanian ada tiga
macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau
MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau
CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100 % melewati
saringan 20 mesh dan 50 % melewati saringan80 – 100 mesh.
Pemberian kapur dapat menaikkan
kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al dan kejenuhan Al, juga
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan
sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman ( padi, jagung,
kedelai )( Bailey, 1986 ).
Penentuan PH tanah dapat ditentukan
secara kalorimetrik dan elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan.
Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan
kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH,
pasta PH dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah
tetapi peka terhadap pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan
membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standart dari kertas,
pasta dan larutan indikator universal ( Darmawijaya, 1990 ).
2.8 Sifat Biologi Tanah
Tanah di huni oleh
bermacam-macam organisme. Jumlah tiap grup organisme sangat bervariasi, ada
yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya
mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang
bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan
demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah.
Fungi berperan dalam
perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan
kebutuhan akan energy dan karbon dari bahan organic, fungi di bedakan menjadi 3
golongan yaitu ragi,kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting
bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organic
dalam suasana masam tidak akan terjadi.
Bakteri pelarut p pada
umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya sekitar
103-106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim phosphatase maupun
asam-asam organic yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang
diberikan. Fungsi bakteri dalam tanah turut serta dalam semua perubahan bahan
organic, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut
fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat
bergantung dari keadaan tanah.
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah seperti bahan organic tanah, transformasi N, hasil antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah seperti bahan organic tanah, transformasi N, hasil antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.
Pembentukan tanah
diawali oleh proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk. Dengan
bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah terutama iklim dan organisme maka
terjadi perubahan ukuran bahan induk menjadi lebih kecil, serta terjadi
perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat pelapukan kimia.
Mineral-mineral yang berasal dari pelapukan bercampur dengan bahan organik yang
berasal dari tumbuhan maupun hewan yang telah mati dan mengalami dekomposisi,
selanjutnya menjadi humus. Humus-humus yang berukuran koloid dengan mengandung
muatan negatif terutama asam-asam organik sehingga mampu menjadi pengikat
antara mineral membantuk agregat tanah. Masukan atau input dari air hujan akan
menyebabkan terjadinya reaksi kimia (hidrolisis) antara air dan bahan penyusun
tanah. Disisi lain dengan adanya air hujan yang mengalami infiltrasi maka
terjadi ikatan antara fraksi tanah dan air. Apabila kemampuan tanah mengikat
air sudah tidak ada lagi (jenuh) maka air yang ada dalam pori tanah akan
mengalir ke bawah oleh pengaruh gaya gravitasi. Air yang mengalir membawa
unsur-unsur yang terlarut dalam air. Unsur-unsur yang terbawa sebagian
mengalami alih tempat, juga ada yang keluar dari sistim tanah masuk kedalam
sungai dan terus ke laut, terutama unsur-unsur basa yang disebut dengan
pencucian (leaching). Dengan adanya proses pelapukan, yang diikuti pancampuran
bahan organik, pencucian, pembentukan agregat (struktur), alih tempat dan alih
rupa bahan tanah maka terbentuklah horison tanah. Harison tanah adalah
lapisan-lapisan tanah yang terbentuk sejajar dengan permukaan bumi
sebagai hasil dari proses pembentukan tanah.
Apabila kita menggali
lapisan-lapisan horison tanah mulai dari permukaan sampai dengan batuan induk
maka akan terlihat suatu penampang vertikal yang terdiri dari susunan-susunan
horison tanah yang disebut dengan profil tanah. Pada tanah-tanah yang
perkembangan horisonnya sempurna maka akan nampak mulai dari atas ke bawah
adalah horison O, A, B, dan C. Sedangakn khusus horison A dan B disebut solum
tanah. Adapun penjelasan dan pembagian dari
masing-masing horison adalah sebagai berikut:
1.Horison O
1.Horison O
Horiosn ini ditemukan
terutama pada daerah hutan yang belum terganggu
tanahnya.Horison O dapat dibagi atas:
O1 horison yang bentuk
asli sisa-sisa tanaman masih jelas kelihatan.
O2 horison yang bentuk
asli sisa tanaman sudah tidak bisa kelihatan.
2.Horison A
Horison A merupakan horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan harison yang proses eluviasi terjadi yaitu proses pencucian unsur-unsur dan bahan-bahan halus seperti lempung. Horison ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
2.Horison A
Horison A merupakan horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan harison yang proses eluviasi terjadi yaitu proses pencucian unsur-unsur dan bahan-bahan halus seperti lempung. Horison ini dibagi atas tiga bagian yaitu:
A1: bahan mineral
campur dengan humus, berwarna gelap
A2:
horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap
lempung, Fedan bahan organik.
A3: horison peralihan ke B, lebih menyerupai A.
3.Horison B
A3: horison peralihan ke B, lebih menyerupai A.
3.Horison B
Horison iluviasi (penimbunan) dari
bahan-bahan yang tercuci di atasnya (lempung,Fe,Al,bahan organik).
B1 horison perlaihan dari A ke B, tetapi lebih
menyerupai B.
B2
horison penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 horison peralihan ke C, tetapi lebih menyerupai B.
4. Horison C
Horison C merupakan horison yang masih sedikit mengalami pelapukan, horison C biasa juga disebut dengan horison isovolumetrik. Yaitu harison dimana volume batuan belum mengalami perubahan tetapi berat jenis batuan telah mengalami perubahan akibat adanya unsur-unsur penyusun batuan yang keluar dari batuan induk.
4. Horison C
Horison C merupakan horison yang masih sedikit mengalami pelapukan, horison C biasa juga disebut dengan horison isovolumetrik. Yaitu harison dimana volume batuan belum mengalami perubahan tetapi berat jenis batuan telah mengalami perubahan akibat adanya unsur-unsur penyusun batuan yang keluar dari batuan induk.
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Lokasi
Praktikum
Waktu pelaksanaan
praktikum di lapangan dilaksanakan dua kali yaitu yang pertama pada hari sabtu
17 maret 2018 dilaksanakan dari pukul 10.00-16.00 yang kedua dilaksanakan pada hari
sabtu 24 maret 2018 dari pukul 10.00-16.00.
Lokasi
praktikum bertempat di desa huidu utara kecamatan limboto barat kabupaten
gorontalo provinsi gorontalo dengan titik koordinat N 00°38’47.3” E
122°56’38.8”. dan praktikum di laboratorium teknik sipil di laksanakan pada
hari sabtu s.d senin tanggal 2-4 april 2018.
3.2
Alat Dan Bahan
Adapun
Alat dan Bahan praktikum sebagai berikut:
Tabel
3.2 Alat dan bahan
|
NNO
|
Alat
|
Gambar
|
Fungsi
|
||||
|
|
Alat tulis menulis
|
|
Untuk menulis
hasil pengamatan yang ditemukan
|
||||
|
|
Rolmeter
50 meter
|
|
Sebagai alat
ukur
|
||||
|
|
Sekop/cangkul/kuda-kuda
|
|
Untuk
mengambil sampel tanah
|
||||
|
|
Sangkur/parang
|
|
Untuk mengikis
setiap horizon tanah
|
||||
|
|
Tali
|
|
Sebagai alat
bantu saat pengambilan sampel horizon tanah
|
||||
|
|
Gps
(global positioning system)
|
|
Untuk
mengetahui titik koordinat lokasi praktikum
|
||||
|
77.
|
Baterai
alkalin
|
|
Di pasang di
alat infiltrometer digital
|
||||
|
88.
|
Plastik
sampel
|
|
Untuk
menyimpan tiap sampel horizon yang didapatkan
|
||||
|
99.
|
Spidol
permanen
|
|
Untuk
menandai sampel horizon yang diambil
|
||||
|
110.
|
Kamera
|
|
Sebagai
dokumentasi kegiatan praktikum
|
||||
|
111.
|
Lembar
observasi
|
|
Untuk
mencatat hasil pengamatan yang didapatkan
|
||||
|
112.
|
Papan
pengalas
|
|
Sebagai
pengalas saat mencatat lembar pengamatan
|
||||
|
113.
|
Penutup
botol aqua
|
|
Sebagai wadah
untuk tanah
|
||||
|
114.
|
Air
|
|
Untuk mengukur
tingkat kejenuhan tanah
|
||||
|
115.
|
Kertas
hps
|
|
Sebagai wadah
pengamatan tekstur tanah
|
||||
|
116.
|
Gelas
aqua
|
|
Untuk mengukur
pH tanah dengan pH indikator
|
||||
|
nNo
|
Bahan
|
Gambar
|
Fungsi
|
||||
|
11.
|
pH
indicator
|
|
Untuk
mengukur pH tanah
|
||||
|
22.
|
Soil
tester
|
|
Untuk
mengukur pH dan kelembapan tanah
|
||||
|
33.
|
Hcl
|
|
Untuk
menetukan kandungan CaCO3 dalam tanah
|
||||
|
44.
|
H2O2
10%
|
|
Untuk
mengetahui organik dalam tanah dan fe dan mn dalam tanah
|
||||
|
.
|
H2O2
3%
|
|
Untuk
mengetahui bahan organik pada tanah
|
||||
|
|
aa
bipyiridin
|
|
Untuk
mengetahui drainase dalam tanah
|
||||
3.3 Teknik Pengumpulan
Data
3.3.1 Pengumpulan Data Lapangan
Pengumpulan data Dilapangan
yang telah kami lakukan yakni dengan cara observasi lapangan, yaitu data
dari hasil pengamatan untuk mengetahui secara detail mengenai fenomena yang
terjadi, dengan mencatat secara rinci mengenai keadaan yang terjadi di lokasi
dan mengambil sampel tanah, lalu melakukan pengujian tanah dalam laboratorium. serta
menggunakan instrumen-instrumen penelitian yang disediakan oleh dosen.
3.3.2 Pengumpulan Data Di Laboratorium
Setelah
mengambil sampel tanah yang kami dapat dlapangan , lalu kami melakukan
pengujian tanah tersebut, di laboratorium itu kami menguji tekstur tanah,
menentukan kadar dari lanau, pasir, debu. Pada hari pertama kami melakukan pengujian di laboratorium itu
pertama menghaluskan sample sampai halus dan samapi tidak ada lagi yang
bergranular, menyalin setiap horizon kecawan besar dan mengambil sebagian
horizon yang ada di cawan besar di pisahkan di dalam cawan yang kecil untuk di
timbang, setelah itu menimbang cawan kosong, lalu habis menimbang cawan kosong
di lanjutkan dengan penimbangan cawan kecil yang berisi horizon-horizon dari
horizon O,A,B,C, barulah di Oven.
Pada
hari ke-2 mengeluarkan horizon tanah dari dalam Oven lalu di hancurkan dengan
tangan setelah itu di timbang lagi, lalu horizon tanah memulai proses
penyaringan sampai dengan 8 saringan tersebut lalu di Oven lagi, pada hari ke-3
semua horizon di ayat samapi 5 menit
setiap 1 horizon yang di ayat.
3.4 Teknik Pengolahan
Data
3.4.1 Pengolahan Data Di Lapangan
Pengelolaan dilapangan kami
menyimpan data-data yang
nantinya akan dilakukan untuk analisis. Hal ini juga berguna pada saat
pemanggilan data kembali pengelolaan ini tidak
hanya pada data dasar hasil digitasi, tetapi juga pada data dasar lain. Data
dasar lain dari peta tanah tersebut antara lain berupa sifat-sifat tanah
seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, menentukan horizon tanah, dan sebagainya. Kami mencatan semau apa yang kami dapat dilapangan agar
bisa berguna ketika pengelolaan didalam laboratorium.
3.4.2 Pengolahan Data Di Laboratorium
Dilaboratorium, Sampel
yang kami ambil di lapangan kemudian kami uji di laboratorium diantaranya
adalah menguji tingkat keasaman tanah, mengetahui kandungan Bahan Organik,
kadar air dalam tanah, kandungan kapur dalam tanah, kandungan humus dalam tanah
dan lain-lain. Kemudian kami mengambil kesimpulan dari analisis dan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi untuk menentukan jenis tanah,
kandungan di dalamnya dan pemanfaatan yang dapat dilakukan terhadap tanah
tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum
Lokasi Praktikum
Daerah pengamatan profil tanah pada praktikum ini di daerah huidu utara, kecamatan limboto barat, kabupaten
gorontalo, provisi gorontao koordinat N 00°38’47.3” E
122°56’38.8” Elevasi 88m kemiringan lereng sebesar 70°, penggunaan lahan di
daerah sekitar titik ini adalah semak belukar yang banyak ditumbuhun rerumputan.
4.2 Deskripsi Lokasi
Pengamatan
Deskripsi pengamatan di Desa Huidu Utara, Kecamatan Limboto Barat,
Kabupatan Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Tempat kami praktikum Geografi Tanah.
Merupakan bentuk lahan Struktural dan tempat perkebunan jagung warga sekitar,
dan semak belukar, di sekitar tampat kami praktikum setelah menjelang sore
banyak warga sekitar ataupun warga di luar daerah yang berkunjung bermain
layang-layang dikarenakan pemandangannya yang begitu bagus dan sejuk sehingga
menjadi tempat yang sering dikunjungi.
4.3 Hasil Pengamatan
4.3.1 Sifat Fisika Tanah
a. Profil Dan Horizon Tanah
Tabel 4.3.1 Hasil Pengamatan Profil
dan Horizon Tanah
|
Horizon
|
Parameter Dilapangan
|
|
|
Ketebalan (cm)
|
Deskripsi masing - masing Horizon
|
|
|
O
|
4 cm
|
Horizon bagian atas, Lapisan tanah organik yang terdiri dari
humus daun, sisa - sisa tanaman masih terlihat berupa guguran dedaunan.
Berwarna gelap kehitaman.
|
|
A
|
20 cm
|
Horizon ini tersusun oleh campuran bahan organik dan bahan
mineral. Horizon A berwarna gelap kecoklatan.
|
|
B
|
50 cm
|
Horizon Iluvial atau horizon pengendapan sehingga terjadi
akumulasi dari bahan - bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon ini
tampak berwarna ciklat terang.
|
|
C
|
980 cm
|
lapisan tanah penyusunnya masih serupa dengan batuan induk ®
atau belum terjadi perubahan. Horizon ini tampak kasar, lebih terang dari
pada horizon B.
|
Dari hasil pengamatan diatas dapat
ditemui beberapa horizon yaitu O,A,B dan C. Huruf kapital O, A, B, C, merupakan simbol-simbol untuk horizon utama
dan lapisan utama tanah. Huruf-huruf kapital ini merupakan simbol dasar, yang
dapat diberi tambahan karakter-karakter lain untuk melengkapi penamaan horizon
dan lapisan. Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
Sebagian jenuh air dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah jenuh air,
tetapi sekarang telah didrainase, sebagian yang lain tidak pernah 6 mengalami
jenuh air. Sebagian besar horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdeko mposisi atau
sebagian telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah
seperti ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organic.
Horizon A adalah
horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah atau di bawah suatu horizon
O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh atau sebagian besar struktur
batuan asli dan menunjukkan salah satu
atau kedua sifat berikut yaitu akumulasi bahan organic terhumifikasi yang
bercampur sangat intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh
sifat-sifat yang merupakan karakteristik horizon E atau B. sifat-sifat yang
merupakan akibat dari pengolahan tanah, pengembalaan ternak atau jenis-jenis
gangguan lain yang serupa.
Horizon B adalah horizon-horison yang terbentuk di bawah
suatu horizon A, E atau O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya
seluruh atau sebagian terbesar sari
struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat seperti
: Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa besi,
senyawa alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara
mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau
penambahan senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu.
Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai
value warna lebih rendah, chromelebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses
iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.
Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan
dasar yang lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh
proses pedogenik, serta tidak memiliki sifat–sifat horizon O, A, E, atau B.
sebagian terbesar merupakan lapisan-lapisan mineral. Bahan lapisan C mungkin
dapat serupa atau tidak serupa dengan gahan dari mana solum diperkirakan telah
terbentuk.
Suatu horizon C mungkin saja telah mengalami perubahan,
walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses pedogenesis. Horizon R adalah
batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.granit, basaly, kuarsit,
batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasra yang diberi symbol dengan
huruf R. lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup sulit di gali
dengansekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-keping.
b. Jenis Batuan
Berdasarkan hasil
pengamatan tidak ditemukannya jenis batuan yang diamati karena tidak ditemukan
jenis tanah horizon R di lokasi praktikum.
c. Tekstur Batuan
Berdasarkan hasil
pengamatan tidak ditemukannya tekstur batuan yang diamati karena tidak
ditemukan jenis tanah horizon R di lokasi praktikum.
d. Struktur Tanah
Tabel 4.3.1 Hasil Pengamatan
Struktur Tanah
|
NNo
|
Horison
|
KELAS
STRUKTUR TANAH
|
|||||
|
lempung
|
Prismatik
|
Kolumner
|
Gumpal
membulat
|
Menyudut
|
Granular
|
||
|
1
|
O
|
-
|
-
|
-
|
-
|
ü
|
-
|
|
2
|
A
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
ü
|
|
3
|
B
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
C
|
-
|
ü
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Berdasarkan hasil pengamatan diatas
struktur tanah pada horizon O yaitu menyudut dan pada horizon A membentuk
granular pada horizon B membentuk lempung dan terakhir pada horizon C berbentuk
prismatik. Lempeng (platy) yaitu bentuk struktur tanah jika
sumbu vertikal struktur tanah lebih pendek dari sumbu horisontal. Prismatik
(prismatic) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal lebih panjang
dari sumbu horizontal dan sisi atas tidak membulat. Tiang
(columnar) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal lebih panjang dari
sumbu horizontal dan sisi-sisi atas membulat.
Gumpal bersudut
(angular blocky) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal sama dengan
sumbu horizontal dan sisisisi membentuk sudut tajam. Gumpal
membulat (subangular blocky) yaitu jika struktur tanah memiliki sumbu vertikal
sama dengan sumbu horizontal dan sisisisi membentuk sudut membulat. Butiran
(granular) yaitu jika struktur tanah membulat, atau banyak sisi. Masing-masing
butir ped tidak porous.
e. Konsistensi Tanah
Tabel 4.3.1 Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
|
Horizon
|
O
|
A
|
B
|
C
|
||
|
Konsistensi
|
Basah
|
tidak lekat
|
|
|
||
|
Agak Lekat
|
|
|
|
|||
|
Lekat
|
|
|
|
|||
|
Sangat Lekat
|
|
|
|
|
||
|
Lembab
|
Lepas-Lepas
|
|
|
|||
|
Sangat Gembur
|
|
|
|
|
||
|
Gembur
|
|
|
|
|||
|
Teguh
|
|
|
|
|||
|
Sangat Teguh
|
|
|
|
|
||
|
Luar Biasa Teguh
|
|
|
|
|
||
|
Kering
|
Lepas-Lepas
|
|
|
|
|
|
|
Lunak
|
|
|
|
|
||
|
Agak Keras
|
|
|
||||
|
Keras
|
|
|
||||
|
Sangat Keras
|
|
|
|
|
||
|
Luar Biasa Keras
|
|
|
|
|
||
Dari hasil pengamatan tanah dalam kondisi kelembapan basah
diperoleh hasil bahwa horizon O memiliki konsistensi agak lekat karena memiliki
struktur yang bergumpal gumpal bahkan dalam keadaan basah horizon ini tidak
dapat melekat dengan baik karena strukturnya banyak mengandung pasir.sedangkan
untuk horizon B memilki konsistensi tanah yang sangat lekat sehingga dala
keadaan basah horizon ini dapat dibentuk dan melekat satu sama lain.
Dan untuk horizon A memiliki konsistensi tanah yang tidak plastis artinya
pada saat basah tanah ini tidak melekat karena strukturnya yang keras namun
masih terdapat partikel kecil yang membuatnya lengket. Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dan dibagi menjadi beberpa kelompok
antara lain; kasar (pasir, pasir berlempung), agak kasar (lempung berpasir,
lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat halus, lempung,
lempung berdebu, debu), agak halus(lempung liat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu), halus(liat berpasir, liat berdebu). Selain itu, tanah mempunyai
perbedaan dalam memegang air, kemampuan ini tergantung pada teksturnya.
Horizon B memiliki Tekstur dari lapisan ini bentuk granular dan berpasir
serta becampur dengan batu kapur. perakaran tidak dapat dijangkau dengan
vegetasi yang ada di atasnya, tumbuhan yang ada di atasnya pun merupakan
rumput-rumput biasa yang perakarannya sangat pendek dan tidak ada tanaman yang
besar karena umur tanah yang masih sangat muda.
Horizon C
merupakan batuan batuan yang cukup besar karena pelapukan pada lapisan ini
belum sempurna. Tekstur dari lapisan ini sangat kasar karena masih dalam
bongkahan batu yang bentuknya hampir sama dengan batuan induk. Perakaran pada
lapisan ini tidak ada karena jarak dengan permukaan tanah sangat jauh serta
tidak ada tanaman yang besar di atasnya.
Dengan tekstur tanah dapat dibahas dan dikemukakan
tentang bahan mineral seperti pasir, debu dan liat dalam susunan tanah yang
penting bagi berbagai kehidupan di muka bumi. Partikel-partikel tanah yang
dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah,
fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus.
f. Infiltrasi Tanah
Tabel 4.3.1
Hasil Pengamatan Warna Tanah
|
NNo
|
Waktu
|
Jarak
(mm)
|
|
1
n
|
5 Menit Pertama
|
16,2 mm
|
|
2
|
5 Menit Kedua
|
7,6 mm
|
|
3
|
5 Menit Ketiga
|
4,4 mm
|
Berdasarkan
hasil pengamatan diatas dapat dilihat pada 5 menit pertama turun sebanyak 16,22
mm. Kemudian pada 5 kedua mencapai 7,6 mm, dan pada 5 menit ketiga turun
sebesar 4,4 mm. Jika perhatikan lebihn lanjut maka dapat dilihat waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kejenuhan tanah. Proses infiltrasi
sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk kedalam tanah dalam suatu
periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada suatu tempat akan
semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air.
Pada saat tertentu laju
infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian disebut laju
perkolasi. Ketika air hujan jatuh diatas permukaan tanah, tergantung pada
kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan
mengalir masuk kedalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses
mengalirnya air hujan kedalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan
gaya kapiler tanah.
Laju infiltrasi umumnya dinyatakan
dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter
per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui
proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk seterusnya mengalir ke
sungai disekitar. Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk
atau meresapnya air dari atas permukaan tanah ke dalam bumi.
Jika air hujan meresap ke dalam tanah maka
kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas lapang. Pada kondisi kapasitas
lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi daerah yang lebih rendah
energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran antara (interflow)
dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada pada
lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan ke
atas) dengan gaya kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui
tudung akar.
g. Warna Tanah
Tabel 4.3.1
Hasil Pengamatan Warna Tanah
|
Horizon
|
O
|
A
|
B
|
C
|
|
Warna
Tanah
|
Coklat Kehitaman
|
Coklat Gelap
|
Coklat Muda
|
Kuning Kecoklatan
|
Berdasarkan pengamatan pada tabel diatas warna tanah pada setiap horizon
berbeda beda. Pada horizon O berwarna cokelat kehitaman pada horizon A berwarna
cokelat gelap pada horizon B berwarna cokelat muda dan pada horizon C berwarna
kuning kecoketlatan dan pada hasil pengamatan ini warna disetiap horizon tanah
berbeda-beda. Pada
saat melakukan pengamatan pada profil tanah, terlihat bahwa warna tanah yang
tampak pada setiap horizon tanah sangat berbeda-beda.
Pada saat menganti warna tanah pada horizon O, terlihat warnanya sangat begitu gelap.
Sedangkan pada horizon A warnanya sudah mulai kelihat terang. Di horizon A yang
kami amati, tampak warna cokelat keabu-abuan. Kemudian pada horizon C yang kami
amati terlihat bahwa tampak warna cokelat kekuning-kuningan dan bercampur
dengan warna batuan yang menyebabkan lebih terang warnanya. perbedaan warna
tanah merupakan petunjuk untuk beberap sifat tanah karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa fator yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab
perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan bahan organik.
Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
semakin gelap. Horizon O memiliki warna yang agak gelap karena merupakan haril pelapukan
seresah-seresah tanaman. Perakaran masih sangat jelas pada horizon ini, karna
tanaman tumbuh tepat di atas horizon ini. Tetapi ketebalan dari horizon O
sangat kecil karena tanah yang diamati bukan hasil pelapukan batuan tetapi
hasil timbunan dan umurnya masih sangat muda. Kelembapan dari tanah ini sebesar
30 % karena dekat dengan sungai sedangkan struktur dari tanah secara umum
berbentuk granular.
Horizon A
memiliki warna yang gelap karena memiliki kandungan bahan organik yang sangat
tinggi karena merupakan hasil pelapukan bahan oganik yang ada di atasnya.
Ketebalan dari lapisan ini ± 20 serta perakaran pada lapisan ini masih nampak
karena pada lapisan ini masih dapat dijangkau dengan perakaran vegetasi yang
ada di atasnya. Tekstur lapisan ini agak kasar serta strukturnya berbentuk
granular.
Horizon B
memiliki warna agak kekuning-kuningan dan agak terang karena merupakan hasil
eluviasi atau pencucian dari lapisan yang ada di atasnya. Tekstur dari lapisan
ini merupakan bentuk granular dan berpasir serta becampur dengan batu kapur.
Ketebalan lapisan ini ± 70 cm, perakaran tidak dapat dijangkau dengan vegetasi
yang ada di atasnya, tumbuhan yang ada di atasnya pun merupakan rumput-rumput
biasa yang perakarannya sangat pendek dan tidak ada tanaman yang besar karena
umur tanah yang masih sangat muda.
Horizon C
berwarna coklat muda dan merupakan batuan batuan yang cukup besar karena
pelapukan pada lapisan ini belum sempurna. Tekstur dari lapisan ini sangat
kasar karena masih dalam bongkahan batu yang bentuknya hampir sama dengan
batuan induk. Perakaran pada lapisan ini tidak ada karena jarak dengan
permukaan tanah sangat jauh serta tidak ada tanaman yang besar di atasnya.
4.3.2 Sifat Kimia Tanah
a. pH tanah
|
pH Indikator
|
O
|
A
|
B
|
C
|
|
Persentasi
|
6
|
6
|
5
|
6
|
Tabel 4.3.2
Hasil pengamatan pH tanah menggunakan pH Indikator
Berdasarkan pengamatan pada tabel diatas pada horizon O,A dan C
persentasenya mencapai 6 dibandingkan dengan B yang persentasenya hanya 5. Pada
pengamatan kali ini 3 horizon yaitu O,A dan C memiliki pH yang sama
dibandingkan dengan horizon B. pH adalah
derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. pH bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
B.pH Dan Kelembapan
Tabel 4.3.2
Hasil pengamatan pH dan Kelembaban tanah
|
pH Soil Tester
|
O
|
A
|
B
|
C
|
|
Persentasi
|
6,3
|
-
|
-
|
-
|
|
Kelembaban
|
10 %
|
-
|
-
|
-
|
Pada
saat melakukan pengamatan disetiap horizon , untuk menentukan kelembaban dan pH
tanahnya, kami menggunakan bantuan alat
soil tester. Oleh karena itu, ketika menentukan kelembaban dan ph tanah
pada horizon O, alat soil tester ditantcapkan dihorizon O, kemudian lihat skala
angka yang tampak alat soil tester.
Berdasarkan
pengamatan pada tabel diatas pH menggunakan soil tester horizon yang diukur pH
nya yaitu horizon O persentase yang dihasilkan 6,3 dan kelembapan 10 %. Kelembaban
tanah merupakan faktor penting untuk kehidupan dan sangat menarik untuk dikaji.
Fungsi utama dari kelembaban tanah adalah mengontrol pembagian air hujan yang
turun ke bumi menjadi run off ataupun infiltrasi. Kelembaban tanah sangat
penting untuk studi potensi air dan studi neraca air.
c. Kandungan CaCo3
Tabel 4.3.2 Hasil
pengamatan kandungan CaCO3
|
Kandungan CaCO3
|
O
|
A
|
B
|
C
|
|
1
|
-
|
-
|
4
|
|
Berdasarkan tabel diatas hasil
kandungan CaCO3 yang didapatkan dalam praktikum kali ini adalah pada
horizon O kandungannya hanya 1 yang dapat dimunculkan. Dan pada horizon C
kandungan CaCO3 ada 4 yang
dimunculkan pada hasil pengamatan. Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan
keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua
unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat.
Kadar kapur
tertinggi sampai terendah adalah tanah alfisol,
entisol, vertisol, rendzina, dan ultisol. Bahan induk pada tanah alfisol ialah
kapur dengan jeluk air sekitar 50 m. Adapun bahan induk pada tanah vertisol
ialah kapur dan gamping. Kemudian pada tanah rendzina bahan induknya juga
kapur, karena pengangkatan karst. Bahan induk tanah entisol dan ultisol
berturut-turut ialah abu vulkan serta konglomerat dan breksi.
Kandungan Ca
dan mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah
tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin kecil
pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral
atau agak kalis. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang
penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel
tumbuhan dan sering pula menjonjotkan / menetralkan bahan racun dalam jaringan
tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula
dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini
dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pad jaringan muda.
d. Bahan Organik
Tabel 4.3.2 Kandungan
Organik Dalam tanah
|
KANDUNGAN TANAH
|
HORIZON TANAH
|
|||
|
O
|
A
|
B
|
C
|
|
|
Banyaknya Bahan Organik dalam setiap
Horizon
|
2
|
1
|
-
|
-
|
Dari hasil pengamatan
yang didapatkan banyaknya kandungan organik pada setiap horizon yaitu pada
horizon O ditemukan 2 kandungan organik dan pada horizon A ditemukan 1 kandungan
organik dan pada horizon B dan C tidak ditemukan adanya kandungan organik.
Bahan
organik berperan terhadap kesuburan tanah dan berpengaruh juga ketahanan
agregat tahan. Juga bahan organik mempunyai pengaruh terhadap warna tanah yang
menjadikan warna tanah coklat kehitaman, serta terhadap ketersediaan hara dalam
tanah. Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami
tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh
mikro organisme bahan organik tercampur tercampur dalam tanah secara proses
imfiltasi.
Beberapa bentuk kehidupan seperti cacing,
rayap, dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah.Faktor yamg
mempengaruhi bahan organik tanah yaitu, kedalaman tanah yang mentukan kadar
bahan bahan organik yang ditentukan pada kedalaman 20 cm dan makin ke bawah
makin berkurang, faktor iklim menyebabkan bilamana semakin rendahnya suhu maka
makin tinggi pula bahan organik yang terkandung dalam tanah.
f. Fe Dan Mn
Pada pengamatan kali
ini tidak ditemukannya horizon tanah
yang memiiliki kandungan Fe dan Mn. Karena pada umumnya
tanah yang telah berkembang lanjut dalam dearah iklim basah mempunyai kandungan
pH tanah yang rendah. Makin lanjut umur tanah makin asam pula tanahnya.
Sebaliknya tanah di daerah kering penguapan menyebabkan tertimbunnya
unsure-unsur basa dipermukaan tanah karena besarnya evaporasi dibandingkan
dengan presipitasi, sehingga makin lanjut umurnya, maka makin tinggi pHnya.
Akan tetapi pada umunya di daerah kering jarang ditemukan tanah yang senantiasa
bertiup sebagai akibat dari perubahan iklim yang besar.
4.3.3 Sifat Biologi Tanah
a. Ketebalan Solum
Dari hasil pengamatan
ketebalan solum tanah yang di dapatkan adalah 10,54 m. Mineral horizon A dan
horizon B adalah horizon yang terbentuk di bawah horizon A. Solum tanah
merupakan profil tanah dengan jarak tertentu yang berkembang akibat proses
pembentukan tanah yang meliputi horizon A dan B. Solum
menggambarkan suatu kedalaman dibawah
permukaan walaupun tidak begitu pasti.
Tanah
didaerah sedang memiliki kedalaman beberapa meter, dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah perubahan dibawah sub
soil yang berangsur–angsur bercampur dengan
bagian regolit yang kurang mengalami suatu pelapukan.
Bagian regolit dinamakan bahan induk untuk bisa membedakan dengan lapisan
yang ada diatasnya. Bahan induk ini mengalami pelapukan dan
bagian yang atas akan menjadi sub soil, sedangkan bagian bawah tergolong bagian
yang disebut solum.
Kedalaman atau solum,
tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan
dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm),
struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan
permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat,
dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang
terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor).
b. Zona Perakaran
Dari hasil pengamatan
pada saat praktikum yaitu pada horizon A perakarannya halus sedangkan horizon B
bersifat kasar. Zona perakaran merupakan tempat berdirinya tanaman sekaligus
berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Zona perkaran juga merupakan tempat
berlangsungnya difusi oksigen ke akar. Panjang akar atau zona akar sangat
beragam di antara jenis tanaman . Berbagai jenis tanaman barisan (row
crop) memiliki akar yang berkisar di kedalaman ari 2 - 5 inchi. Hal ini penting
karena tanaman ini memiliki akses ke berbagai tingkat kelembaban tanah .
Zona akar juga dapat dikelompokkan
menjadi 4 wilayah konsumsi air berdasarkan persentase dari kedalaman akar .
Sebagian besar air yang digunakan oleh tanaman diekstrak di atas 50 % dari zona
akar dengan sejumlah kecil diekstraksi dari lapisan tanah bagian bawah . Hal
ini penting ketika tanaman penutup tanah juga yang digunakan . Tanaman penutup
tanah yang digunakan memiliki zona akar yang meluas ke 18" yang merupakan
setengah sampai sepertiga dari zona akar dari sebagian besar jenis tanaman. Oleh
karena itu, pemanfaatan air untuk zona akar atas akan meningkat berdasarkan
jumlah
tanaman penutup tanah.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil
pengukuran yang di lakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa lokasi praktikum
memiliki tiga horizon yaitu horizon O, A,B dan C. dari ketuju lokasi penelitian
tidak semua lokasi memiliki ketiga horizon ini, misalnya pada lokasi ke tiga
dan lokasi ke lima horizon yang ada hanya horizon O dan C. factor tidak adanya
lapisan horizon ini di sebabkan kerena factor pembentuk tanah itu sendiri yang
mana factor pembentukan tanah dipengaruhi oleh iklim/cuaca, topografi dan bahan
organic yang memicu pembentukan tanah.
Profil dari tanah yang
diamati memiliki empat horizon yakni horizon O-A, horizon B, horizon C dan
masing-masing horizon memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula dari warna,
tekstur, struktur,pori, kelembaban,dan pH. Hal ini disebabkan beberapa faktor
yaitu umur tanah, vegetasi, kandungan bahan organik, bahan induk, iklim dll.
. Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan
organik. Sebagian jenuh air dalam periode yang lama, atau suatu ketika pernah
jenuh air, tetapi sekarang telah didrainase, sebagian yang lain tidak pernah 6
mengalami jenuh air. Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada
permukaan tanah atau di bawah suatu horizon O. Horizon B memiliki Tekstur dari
lapisan ini bentuk granular dan berpasir serta becampur dengan batu kapur. Horizon
C merupakan batuan batuan yang cukup besar karena pelapukan pada lapisan ini
belum sempurna.
Kedalaman atau solum,
tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan
dan laju penjenuhan tanah oleh air. Zona akar juga dapat dikelompokkan
menjadi 4 wilayah konsumsi air berdasarkan persentase dari kedalaman akar .
Sebagian besar air yang digunakan oleh tanaman diekstrak di atas 50 % dari zona
akar dengan sejumlah kecil diekstraksi dari lapisan tanah bagian bawah.
5.2 Saran
Adapun saran saya pada praktikum Geografi Tanah ini yaitu
sebaiknya pihak Lab.geografi menyediakan peralatan praktikum dengan lengkap
supaya pada saat turun lapangan melakukan kegiatan praktikum akan berjalan
dengan lancar. Dan sebaiknya pihak Lab.Geografi alatnya jangan selalu di kunci
di lemari karena takut rusak dan kotor. Biasakan digunakan itu alat sehingga
tidak ada lagi praktikan meminjam alat di laboratorium lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi, Hariadji, Dkk. 1997 Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Refika Aditama.
Ujung Pandang: PKS-PTN-INTIM.
Darmawijaya, M. Isa. 1990.Klasifikasi Tanah :
Indonesia Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Hanfiah ali.2004.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.jakarta: pt rajagrafindo persada.
Hanafiah, K. A.2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Divisi Buku
Perguruan Tinggi). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kartasapoetra.
G, Dkk. 2005 Teknologi Konservas Tanah
Dan Air. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Mulyo, Agung, 2004. Pengantar Ilmu
Kebumian, Pengetahuan Geologi untuk Pemula. Bandung: Pustaka Setia.
Sarwono
Hardjowigeno. 2003. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta.


Komentar
Posting Komentar